Anak rembulan, mari tuliskan.. tentang perjalanan yang baru genap usia setelah penuh lingkaran. Ayo ceritakan, kepedihan dan kemarahan yang kita pendam. Lama tidak mengeluh, bukan berarti kita cukup kuat menanggung beban. Lama tidak menyelonjorkan kaki yang pegal melewati malam, bukan berarti kita selamanya bugar. Oh anak rembulan, senyummu teduh dan tiga perempatnya meninggalkan kemisteriusan. Kubaca mantra, namun sial, tetap tak terbaca ramalan.
Senyummu seolah menang, tak mampu aku rengkuh lengkung tubuh penuh peluh. Apa yang bisa kulakukan, mau kuambilkan buku bersampul biru? Agak berdebu memang, namun ia sempat menjadi kesayangan. Jack and the Beanstalk judulnya, kubaca berulang-ulang saat aku duduk dibangku sekolah dengan isi kepala penuh lamunan. Akan kutelusuri kembali perjalanannya, tentang daun kacang panjang yang menjalar tinggi hingga ke langit. Kembalilah kembali padaku, imaji, lamunan yang bebas tanpa kendali. Aku ingin hembuskan nafas pada ruh mu sekali lagi. Maka dalam hitungan ketiga, bergelayut tubuhku memeluk anak rembulan yang tersenyum pada Jibril.
Berhentilah menerka dan berhitung, pintamu padaku. Dari langit manusia tampak kecil seperti rumah-rumahan pada permainan monopoli. Ayo kita nikmati. Duduk di puncak batas yang burung bahkan tak mungkin lagi lewati. Kamu... ya, kamu.. maukah menghibur kertas kusam yang kotor oleh gesekan kasar? Melukislah di atasnya, ambil kuas halus dilaci dalam kamar. Beri warna pada malam, tentu masih kau ingatbukan, bagaimana ayah ajarkan menggenggam sebatang kayu berbulu itu. Muntahkan semua gelombang yang paling meresahkan dari ketidakpastian. Menumpahkan tinta hitam pada gelap malam. Terhuyung bergoyang di sudut mataku, kamu menari-nari mengajak bintang yang tak satupun tampak. Kasihan.
Goresan merah keemasan pada tubuhmu memang menyilaukan, tapi gelap masih kesepian. Luka tetap kesakitan, kebodohan masih menjadi hiasan. Aku merutuk pada anak rembulan. Aku menyobek lembaran dongeng si kacang panjang. Keindahan yang kudapat dari cerita menjelang tidur menghilang seperti alkohol yang dicampur minyak tanah, tertinggal bau aneh dan udara gamang. Tak ada, kubilang.
Anak rembulan, keindahan ini semu di seperempat malam. Temui aku lagi saat genap usia lingkaran, yang menatap cinta dengan dewasa dan penuh kelembutan.
Kututup jendela kamarku, lalu sempurna kubayangkan kamu disamping tidurku...