Astaga, ternyata cukup lama jemari ini tidak saya paksakan untuk menggoreskan rasa lewat kata-kata. Bukan apa-apa, hanya tampaknya kedua tangan saya sudah terlalu lelah setibanya di rumah. Melemah setelah seharian menjamu mimpi yang datang, membuatkannya kopi, menyiapkan setoples nastar bertutup plastik warna lembayung langit pagi. Harapan saya, Hei mimpi bersenang-senanglah disini, jangan lupa untuk tetap datang kembali. Namun saat memang ia harus pergi, saya pula yang melepasnya dengan lambaian tangan berulang kali. Harapan saya, agar sang mimpi menaruh perhatian lebih pada gerakan tangan yang bergoyang lebih cepat dari "wiper" penyeka air kaca depan, hingga tak sempatlah baginya melihat genangan di sudut mata kecil perempuan. Melepaskan mimpi tentu saja rasanya berat sekali, meski hanya berpisah ranjang dalam sehari. Sungguh..
Ya ya begitu.. Jadi baru lah saja saya sadari, lebih dari sebulan ini tumpukan kalimat hanya berhenti dalam hati. Sama tebal dengan ensiklopedi, hanya mungkin ceritanya jauh dari runtut, berlompatan sesuai dengan berkabung atau tidak, mendung atau cerah langit sang pemilik hati.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsurQOamWe_hVTfcdod_tFs5QdjscggotWdUGz7bAb0aRlfKXG74WSCP1E7BoiC6spuSd544wKNO3_hUgkKloiT0tuYSZrc0WX2D0qtyQFQnlBjDTrCAkTCDt10yBb8TIgct8902A09xiX/s320/33528_1504052717965_1133642504_31463210_2162223_n.jpg)
Liar bukan kepalang, isi kepala bertukar tempat dengan sketsa masa depan, marah-marah dengan masa lalu, juga kelelahan adu argumen dengan nasib hidup hari ini. Saya habiskan semuanya di toko itu. Ruangan kecil yang dibuat sendiri oleh tangan sepasang kekasih. Tangan yang telapak kasarnya terbuka saat menampung cinta yang terluruh dari semua kemungkinan yang dunia sebut muskil. Kami berlindung disana, dari segala ketakutan, kekhawatiran, ketidakberdayaan. Kami berteduh, dari semua yang melegamkan harapan. Kadang kami gentar, menangis dengan kaki gemetar yang bahkan tak sanggup menyangga beban. Tapi pun kami, saya dan dia, berserah pada doa yang terlafalkan setiap malam. Sebelum terbujur dan bertanya apa-apa lagi yang akan terjadi saat esok pagi datang.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsFY6PPsuP9YSdiO-om2pcYhBJyDapYWAsfDhRvgD3pczee8sHGGpvO3TUwOfLBFxq6ITYtpB_ylp0zzV_DvrVxi8OKGao8iGbfLSzW4vGa72nicBbcR3ifXIdGWhH0LesU_mrTid35r8m/s320/40203_1506100009146_1133642504_31469376_2899209_n.jpg)
Dibalik ruangan kecil itu, sepetak mimpi saya bebaskan melambung terpelanting sesuka hati. Dan kamu, rembesan bentuk kepala sapi. Ah...hanya imajinasi.
Santi's Shop, Gejayan, Jogjakarta. 19 September 2010