Wednesday, February 3, 2010

Bukan Milik Kita

Ya, tak satu pun mahluk di dunia ini sempurna, tanpa cacat tanpa cela. Namun saya juga percaya, ada saja kebaikan yang Tuhan berikan agar menjadi kekuatan, agar mampu bertahan.

Semisal yang sederhana. Harimau sang raja hutan memang diberi kekuatan sejak dia lahir, namun itu bukan lantas berarti hewan lain lemah dan tak mampu melindungi diri. Kalajengking memiliki alat penyengat yang dapat mengeluarkan racun untuk melindungi diri dari musuhnya. Cicak, mahluk yang terkadang diremehkan keberadaannya, pandai mengelabui pemangsanya. Akan diputuskan bagian ekornya jika ada pemangsa menyerang, bagian ekor yang terputus akan bergerak-gerak dalam hitungan menit dan mengalihkan perhatian si pemangsa, pada saat itulah cicak akan melarikan diri dan beberapa bulan kemudian ekor cicak akan tumbuh seperti semula. Satu lagi, perihal kupu-kupu. Hewan cantik kesayangan saya pun punya ajian untuk melindungi diri, sayapnya yang berwarna dan selalu saya kagumi ternyata bukan hanya sekedar keindahan yang membuai mata. Sayap kupu-kupu memiliki bentuk, pola, warna yang dapat meniru model atau hewan lain, fungsinya untuk menjauhkan perhatian pemangsa mereka. Dalam istilah biologi saat kita sekolah dulu, inilah yang disebut mimikri. Terkadang sayap kupu-kupu serupa dengan bentuk mata burung hantu, terkadang pula sewarna dengan batang pohon atau daun yang dihinggapinya. Aduh aduh, Tuhan memang pencipta yang luar biasa pintar ya :)

Dan bila manusia diciptakan sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna diantara mahluk lain karena dikaruniai akal budi untuk berpikir dan merasa, saya rasa sudah semestinya kita mensyukuri nikmat yang diberikan dan lebih bijak menyikapi kekurangan. Sekali waktu mungkin terbersit pertanyaan, kenapa ya kita tidak seberuntung si ini atau si itu. Kenapa Tuhan tidak adil pada kita. Namun seandainya saja kita lebih dalam dan jeli melihat dari sudut lain, mungkin kita akan balik bertanya, apanya yang Tuhan tidak adil :)

Saya pun terkadang merasa begitu, saya banyak cela. Bukan sekali dua kali saya dibuat jengkel dengan salah satu kekurangan saya. Masih ada pula beberapa sifat buruk yang cukup mengganggu keseharian dan sulit dihilangkan. Akibat kesalahan ataupun kekurangan saya, ketakutan yang luar biasa pun acap kali menghantui. Meresahkan benar, karena harga yang saya tebus tak akan cukup bila hanya dibayar dengan air mata, tapi juga sebuah kehilangan besar yang hanya hati ini sanggup menakar. Bukan saya tidak berusaha mengatasi kekurangan tersebut, namun sepertinya memang saya harus berusaha lebih keras dari sewajarnya. Ya ya, meski sangat sedih dan menyesal, boleh dibilang, kesalahan memang tetap ada pada saya, yang kurang keras berusaha. Sekalipun saya mohon toleransi sebagai manusia biasa yang selalu alpa disini dan disana, tentunya butuh cinta dan hati besar untuk menerima saya dan segala buruk yang ada pada saya. Tentu mudah menemukan sosok yang mampu menerima kelebihan dan kebaikan saya, namun yang bisa berlapang dada menerima kekurangan saya? Saya harap Tuhan menyisakan satu saja dia untuk saya.

Entah bila tak begitu bagi yang lain, namun bagi saya, meski tentu saja saya tak luput salah disana sini, saya tetap akan berarti. Paling tidak saya bisa memberi arti. Entah juga bila ini terdengar terlalu percaya diri, namun di mata saya, untuk sesuatu yang mengatas namakan cinta dalam nafasnya, semestinya kekurangan tak akan lagi menjadi sebuah alasan atas pantas atau tidak pantas kita dicintai.

Satu nasehat yang saya ucap berulang kali ketika bercermin di pagi hari dan masih melihat bayangan yang sama. Satu kekurangan, satu kesalahan jangan sampai membuat kita lupa pada banyak kebaikan yang diberikan. Karena sekali lagi, kesempurnaan sama sekali bukan milik kita…


Lalu yang bisa saya usahakan hanya berusaha menjadi lebih baik, semampunya.

Jogjakarta, 25 Januari 2010

No comments:

Post a Comment