Wednesday, February 3, 2010

Lebah

Bukan salahnya bila sayap lebah lebih kecil dari sayap serangga yang lain. Secara anatomi, mungkin hampir mustahil baginya untuk terbang dengan sayap berukuran mungil. Lalu apakah lantas Tuhan menjadi kurang adil pada takdirnya. Subahanallah, Ia tidak pernah begitu.

Michael Dickinson, seorang ahli biologi dari California Institute of Technology mengungkapkan, ternyata lebah mengepakkan sayapnya yang kecil dengan cara yang tidak umum di kalangan serangga. Bila sebagian besar serangga menggerakkan sayapnya dalam gerakan panjang dan konstan. Lebah mengubah metode itu dengan gerakan pendek melengkung. Tetapi, rahasia paling penting adalah kepakkan sayap lebah yang lebih cepat. Bila rata-rata serangga lain terbang dengan kecepatan 200 kepakan per detik, maka lebah terbang dengan menggerakkan sayap kecilnya lebih cepat, 240 kali per detik.

Mungkin kemampuan yang terbatas menyebabkan lebah harus mengepakkan sayap lebih cepat dan lebih banyak dari serangga lain, lalu lantas bekerja lebih keras dari yang lain. Tapi lihat, Lebah bertahan menentang angin kencang saat serangga lain terjatuh dan terkapar. Jika memang kita membutuhkan usaha lebih keras dari yang lain,maka bersyukurlah, karena sesunguhnya Tuhan memberi kesempatan agar tertempa pribadi menjadi jiwa yang lebih kuat, bukan yang patah semangat.

Dia persis seperti lebah. Kerja kerasnya, tangguhnya, sayapnya.

Dia mengisi kepala saya dengan bising suara yang terus menginspirasi saat energi nyaris tinggal segaris lagi. Suaranya mendengung hebat akibat kepakan sayap maha cepat yang terasa penuh bahkan di sela-sela syaraf kepala yang saling melilit dan melingkar. Tak bisa tidak, dia memang menyita seluruh kapasitas otak saya.

Tapi tak apa. Lebah, terus terbang saja.

Yogyakarta, 11 Agustus 2009 *saat berkaca melihat mata yang kelelahan namun yang terbayang matanya yang lebih lelah.

No comments:

Post a Comment