Wednesday, February 3, 2010

Semangat yang Terselip Berlembar-lembar

Entah apa lagi yang akan saya tuliskan. Semacam perasaan meletup-letup yang sayang bila tidak didinginkan, diangin-anginkan saja sudah cukup senang. Maka lalu disinilah jemari ini menuliskan, tentang rasa sederhana namun sangat dermawan memberi rasa berlipat meski terkadang juga harus berbagi penat.

Mungkin cukup bosan jika lagi-lagi menuliskan barisan rasa yang konon disebut cinta. Jika iya, tak masalah, tinggalkan saja tanpa terbaca. Toh sekedar barisan kata seorang perempuan yang mensyukuri kado tanpa sebab yang diterima setiap hari dalam hidupnya :)

Betapa tidak. Mungkin saya memang tidak punya hidung mancung. Mata saya kecil, ok lah, sipit. Pipi saya tembem. Saya tak juga kurus langsing apalagi berdada besar. Tapi nyaris setiap hari, dia selalu memanggil saya "cantik". Yaah, kalaupun dia berbohong, biarlah. Biarkan Rokib dan Atit memperdebatkan perihal pencatatan tugas mereka. Toh kenyataannya, senyum saya sempurna menghiasi wajah merona karena terlampau bahagia.

Karena saya dihargai. Bukan saja karena saya bebas melahirkan rasa tanpa malu dan ragu. Tapi juga karena dia mencintai warna yang asli tanpa komposisi sekunder tercampur meski sedikit saja ditepi. Humm, rasanya seperti garis melingkar yang ditarik tak putus-putus. Utuh saya dia terima.

Tanpa ada maksud tak bijak membandingkan torehan kisah sebelumnya yang makin mendewasakan masing-masing kami. Tapi untuk hitungan jam, menit ataupun detik, memang belum terlalu lama saya mengenalnya, begitu juga sebaliknya. Namun dia bisa membaca mata. Berbohong katanya saya. Tampak dari kedipan yang semakin banyak menghias kilau iris dan pupil saya. Seterusnya, sungguh saya tak sekali- sekali mencoba bicara tidak bila sebenarnya memang iya.

Beberapa menyebut saya " Miss too sensitive". Hal kecil mampu menyentuh saya hingga saya rela membenamkan wajah dalam-dalam pada bantal. Lalu sangat mungkin kain pembungkus benda empuk itu tertengarai menjadi basah saat matahari mulai berbisik ditelinga. Tolong, jangan salahkan rasa yang saya perlakukan dengan manja. Biar saja saya memujanya. Seperti ketika dia membawakan sarapan saat saya siaran pagi tadi. Manis menurut saya. Ya, Mungkin bukan hal besar bagi mereka, tapi lihat, sebentuk hati ini diam-diam melengkungkan senyum tak berlesung sepanjang hari. Dan itu cukup bagi saya.

Belum lagi hadiah berharga yang dia sisipkan dalam bulir semangat saya. Hingga terus saya menulis meski tahu tak ada lirikan satu penerbit yang sudi menorehkan tanda jempol di notes saya.

Tak apa. Berulang saya ungkapkan. Saya menulis karena saya sungguh membutuhkan. Ini tentang luapan rasa yang harus dikeluarkan sebelum menjadi riak yang membuat sakit tenggorokan. Dan dia mendukung saya meski bukan cheerleader dengan pompom warna warni dan teriakan di telinga. Dia bilang, saya berbakat. Saya hebat. Dan saya mau-maunya saja percaya. Hanya karena dia membangunkan mimpi yang lamat-lamat coba saya tidurkan dalam gelap yang terkadang bersinar karena sedikit semangat.

Dia juga bilang, saya harus berani bermimpi. Nanti malam, saya akan coba pejamkan mata lalu mulai mengurai dimensi yang saya hiasi dengan harap yang mulai berani bergerak dari arah timur.

Untuk bait semangat yang terus menjadi paru-paru kedua bagi oksigen yang selalu saya ambil gratis tanpa sewa. Juga untuk kumpulan cerita pendek terbaik yang diberikan pada saya, sebuah buku yang di belakang halaman sampulnya tergores penanya, "Untuk sayangku yang hobi menulis". Terimakasih saya untuk alasan yang baru terungkap beberapa saja.

Entah apa ini akan terbaca atau tidak olehnya yang malas sekali On Line. Tapi sesaat setelah Bilal menggugah kokok jantan pagi hari tadi, saya terlanjur berjanji. Tak akan saya berhenti menulis. Meski hanya sebatas kumpulan kalimat tak seberapa sekedar melegakan hati. Agar terbayar semangat yang terselip berlembar-lembar dengan tanda tangan terbubuh di belakang sampulnya. Tanda tangan yang menyerupai gambar burung. Sama seperti namanya.

Saya Janji. Untukmu, sayang.

-Jogjakarta, 13 Juli 2009. Saat lampu kamar hanya redup saja-

No comments:

Post a Comment