Wednesday, February 3, 2010

Isi Kepala

Kita memang sering berdiskusi, bercerita tentang apa saja. Bahkan terkadang memaksa kita beradu argumen yang lantas membuat emosiku terpancing. Tak hanya mengerutkan dahi, aku seperti harus memompa jantungku lebih lambat agar detaknya kembali normal. Meski katamu, tak perlu menjadi marah hanya karena sebuah perdebatan yang bahkan bukan tentang kita. Ya ya, kamu benar. Untunglah setelahnya kita bisa berbaikan, lalu tak kapok untuk saling bertukar informasi lagi, baik yang ringan maupun yang membuat sel-sel jaringan otak bekerja lebih keras.

Di lurusnya tatap mataku tentu saja terlukis kekagumanku. Namun tahukah kamu bahwa sesaat dalam diamku aku merutuki ketidaktahuanku.

Aku sebal ketika aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik ketika kamu bercerita tentang Chernobyl, bencana reaksi nuklir terbesar sepanjang sejarah di Ukraina utara, Uni Soviet tahun 1986. Aku ingin bisa sepertimu ketika bicara banyak tentang sejarah Roswell, tak hanya sepertiku yang tahu sebatas cerita film seri remaja yang berkisah tentang Alien. Aku tak sabar ingin menjadi lawan bicara yang sebanding ketika kamu mengajakku bercerita tentang Illiad dan Odessey, karya Homer yang mengisahkan siasat Achilles dalam perang Troya.

Ketika aku mengeluhkan minat bacaku yang entah kenapa semakin aku bertambah usia malahan semakin menurun, tentang hasrat membeli buku yang tak sehebat tahun-tahun sebelumnya. Kamu hanya berpesan padaku, agar aku membaca apa saja, tak perlu membuat batasan pada artikel pengetahuan atau bacaan sastra. Baca saja apapun yang aku suka. Jikapun itu masih terlalu sulit buatku, paling tidak satu halaman saja satu hari sudah cukup. Jangan jadikan membaca sebagai sebuah keharusan, namun sebuah kebutuhan. Meski tak lantas menjadi sepertimu yang bahkan tak bisa memutuskan makan dulu atau membaca dulu, dan lalu lebih sering berujung dengan makan berlaukkan buku.

Beberapa saat sebelum kita berpisah diakhir sore, seperti baru saja kurasakan cambuk bagi otakku. Hingga pagi tadi ketika baru saja aku terbangun dari pulas tidur semalam, kuputuskan tak akan kubuka situs facebook-ku sebelum terbaca halaman depan wikipedia. Aku senang, meski hanya permukaan namun aku menambah perbendaharaan isi kepala. Nanti ketika suatu saat kamu bercerita tentang Revolusi besar Rumania di tahun 1989, aku tak hanya akan mengangguk-anggukkan kepala, paling tidak aku akan berkata “humm, pernah membaca sepertinya di wikipedia” hehehe. Tahu tidak, aku rasa neuron dalam otak menyampaikan pesan lebih banyak pada kerjanya di awal hari ini, hingga kurasakan gelombang hangat yang tenang sampai ke dalam hati.

Katamu, tentu akan lebih menyenangkan jika aku tumbuh menjadi perempuan yang tak hanya peduli akan fashion namun juga isi kepala. Dan aku rasa kamu benar.

Akan kucoba, meski pelan-pelan saja :)

Jogjakarta, 16 Oktober 2009

No comments:

Post a Comment