Wednesday, February 3, 2010

Pertanyaannya

"Apa sih, yang membuat kamu cinta sama saya?"

Semestinya, bila saya mengikuti jawaban dari prosa-prosa manis yang pernah saya baca. Maka jawabannya akan mudah.

Begini. Tak pernah ada satupun alasan yang benar-benar tepat. Bukankah cinta yang sesungguhnya tidak pernah menghadirkan syarat. Lalu selesai deh. Penonton puas dengan penjelasan yang berakhir manis.

Meskipun saya sungguh membenarkan penjelasan dari prosa manis tersebut. Namun bukan jawaban itu yang ingin dia dengar. Sehingga saya harus memaksa otak untuk mencari kumpulan kata-kata yang rasanya tidak pernah benar-benar melukiskan apa yang saya rasa.

Bukan sekedar karakternya yang kuat dan membuat saya terkagum. Bukan karena dia selalu punya jawaban dan rajin membaca koran. Bukan pula karena dia mampu membuat saya terpingkal-pingkal akibat kelucuannya. Juga bukan karena suara kerennya ketika menyanyi lagu Rod Steward untuk saya.

Tapi sesuatu yang tanpa saya sadari sejak kapan, mulai mengikat lebih. Semacam dzat yang bukan hanya ada dalam dirinya, namun tanpa disadari terlanjur menjadi dalam diri saya juga. Semacam unsur yang rata bercampur hingga sulit untuk diurai yang mana milik saya, yang mana miliknya. Seperti perasaan tanpa dia yang membuat hari saya terasa kurang dan tak sempurna.

Lekat mengisi setiap lekukan di setiap rongga. Persis seperti potongan terakhir dalam puzzle saya. Dia menyempurnakan. Pas.







Jogjakarta, 2 Juli 2009

No comments:

Post a Comment