Saturday, February 20, 2010

Kroket "penasaran" Keju

Kalau menyimak status saya di Facebook belakangan, sering sekali saya menuliskan aktivitas membuat kroket keju disana. Keluarga dan orang terdekat bisa menjadi saksi bagaimana semangat saya membuat makanan yang satu ini, sebenarnya si bisa juga dibilang dendam kalau bukan semangat. Berulang kali mengolah adonan demi membuat kroket yang sreg di mata dan juga di hati.

Memang benar apa yang dibilang pepatah lama “practice makes perfect”. Pertama kali membuat kroket keju dengan panduan resep internet, bahan dasar adonannya berasal dari tepung terigu. Karena panduan resepnya kurang detail *hehehe excuse banget, saya salah memasukkan takaran perbandingan susu dan tepung terigu. Alhasil adonannya jadi banyaaak sekali, sepertinya bisa untuk konsumsi orang kerja bakti 1 RW. Karena baru pertama kali membuat, dan adonannya dari tepung pula, kroket edisi pertama bentuknya kurang mengundang selera. Duh, lebih mirip perkedel daripada kroket, sangking absurdnya bentuk si kroket ini mengabadikan gambarnyapun saya tidak tega hehehe. Tapi untuk rasanya sih, enak :) sekian banyak kroket yang dibuat ternyata habis juga. Meski saya masih kurang puas karena kata pacar saya kroketnya masih terlalu keras. Walaupun harus berlapang dada menerima masukannya, tapi sepertinya sih memang begitu.

Dengan perbekalan pengetahuan menakar bahan-bahan dengan prosentase yang benar, saya makin percaya diri untuk membuat kroket keju edisi dua. Saya juga makin mahir membentuk kroket yang walaupun bahan dasarnya tepung dan susah sekali dibentuk, paling tidak bentuknya sudah jauh lebih bagus dan lebih lunak. Sedap dipandang mata. Tapi ternyata, setelah dicoba, huhuhu katanya kroket buatan saya terlalu asin :’( Katanya itu, maksudnya katanya keluarga dan pacar saya.
Hiks hiks sedih dan penasaran rasanya. Kok gagal maning gagal maning. Padahal menurut saya kroket saya itu sudah cukup pas rasanya dan tidak terlalu asin, lagi pula saya kan belum kebelet nikah juga. *hemm entah apa korelasinya masakan terlalu asin dengan hasrat menikah. Tapi yaaah mau gimana lagi, dibilang terlalu asin ya berarti memang begitu, saya kan memasak bukan untuk lidah saya sendiri.

Kali ini kroket tiga, nggak main-main. Saya bereksperimen dengan tambahan isian daging ayam cincang, wortel, dengan bahan dasar kentang. Saya lebih hati-hati memasukkan bumbu-bumbunya agar tidak terlalu asin seperti sebelumnya. Namun parahnya, saya lupa tidak memasukkan tepung. Alhasil, setelah di goreng, kroket keju saya lebih parah bentuknya dari edisi pertama. Menyerupai perkedelpun tidak. Lebur di penggorengan. Duh, rasanya hancur karier memasak saya. Hehehe *yang ini lebay.

Tapi saya serius, sedih sekali rasanya setelah berusaha memasak berulang kali, dengan keyakinan dan harapan akan lebih baik, tapi ternyata gagal maning gagal maning. Namun juga sebaliknya, pengalaman yang menyenangkan sekali ketika kita memasak, membuat sesuatu yang sesuai harapan dan berhasil. Keluarga dan sosok tersayang menyukainya, atau bahkan teman menggilainya.

Kemarin, beberapa adonan dari kroket edisi tiga yang beberapa sudah terlanjur digoreng dan gagal, coba saya olah lagi pada malam harinya. Jam 9 malam bayangpun! Niat abis deh hehehe. Setelah saya ngambek seharian, dan menetapkan musuhan dengan kroket keju, akhirnya saya merasa iba juga pada adonan yang sudah terbentuk rapi dalam kulkas namun belum saya goreng karena tahu nantinya akan hancur berantakan di penggorengan. Maka itu saya putuskan untuk mengolah kembali adonan yang sudah hampir jadi tersebut, saya hancurkan lagi, keju batangannya saya lepas kembali dengan rasa berkecamuk dan kurang ikhlas haha. Saya tambahkan pula tepung terigu dan susu, garam dan merica secukupnya.

Well, ya. Ternyata memang selalu ada jalannya kalau kita mau berusaha. Kroket keju saya jadi juga. Boleh lah saya berbangga dengan perjuangan saya. Dan tentu dengan pengorbanan orang-orang terdekat yang mau tak mau menjadi korban pencicip. Kalau saya datang dengan kotak tupperwear biru, itu tandanya, Wadooh, Makan kroket keju lagi, kroket keju lagi hehehe.

Beberapa orang mungkin sudah sangat ahli memasak, membaca tulisan saya dengan rasa kasihan, “kroket keju gitu loh.. masak nggak bisaaa sih???” Tapi kalau suatu saat nanti seorang teman bercerita tentang kegagalan demi kegagalan saat proses memasak, saya akan sangat mengerti bagaimana perasaannya. Memasak adalah proses dari sebuah kerja keras dimana hasil penilaian apapun harus kita terima. Dan bagi saya memasak bukan hanya urusan lidah dan perut, tapi juga sangat emotional :)

Jogjakarta, 21 Februari 2010

2 comments:

  1. kroket yang terakhir kemarin enak banget lho sayang...aku ampe habis 5. makasih ya udah dimasakin

    ReplyDelete
  2. hehehe, ya kalo yang kemaren gagal, siap2 makan kroket lagi mas :P

    Sama-sama. Dengan senang hati bikinin kamu makanan :)

    ReplyDelete