Friday, February 12, 2010

Peran Si Kembang Goyang

Sore tadi, saya sekeluarga sengaja menyempatkan diri melihat pementasan perdana, Naya, keponakan saya dari kakak laki-laki saya yang nomer dua. Keponakan saya itu dulunya terbilang pemaluuuu sekali, susah beradaptasi dengan situasi yang hiruk pikuk dan ramai. Biasanya bila dia di tempatkan disituasi seperti ini, dia akan memilih untuk menangis keras-keras, agar secara terpaksa bisa menghilang sementara dari pusat keramaian. Untunglah setelah dia beranjak besar, rasa percaya diri dan keberaniannya makin terpupuk, Naya makin sering tampil di berbagai pementasan di sekolahnya, beberapa kali juga sempat mewakili sekolahnya untuk perlombaan Fashion Show. Progress yang sangat baik memang, dan tentu saja mengharukan :) Saya pikir, itu juga berkat dukungan penuh dari kedua orang tuanya yang selalu mendukung setiap hal yang menjadi minat kakak Naya, mulai dari menggambar, ballet sampai fashion show.


Saat pentas sore tadi kak Naya kebagian peran sebagai little bird, mengenakan baju balet yang lucu dengan bulu-bulu warna hijau. Cantik deh :)

Namun ada satu hal yang saya catat dengan huruf tebal saat pentas itu dimulai. Sebelum anak-anak lincah dengan baju burung itu muncul, terlebih dahulu muncul di awal dua orang anak yang dengan kostum warna warni di bagian bawahnya dan memegang setangkai bunga cantik yang digenggam dengan kedua tangan. Kami yang duduk di bangku penonton sepakat, mengerti. Oooh, adik-adik itu yang kebagian peran menjadi bunga. Memang sepanjang pentas, saat burung-burung kecil itu menari lincah, berputar dan menggerakkan sayap kecilnya, dua tangkai bunga yang berdiri di depan tersebut hanya menggoyangkan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri.


Kakak saya spontan berkomentar, "Kasian ya dek itu yang dua cuman goyang-goyangin tangan aja jadi bunga". "Ya tapi kalo nggak ada yang jadi bunga nggak keliatan kaya taman, Bun, pentasnya". Saya membalas tak kalah spontan. "Iya sih" kakak saya menyutujui.

Ya ya, peran kecil, peran pendukung, terkadang lantas berubah peran menjadi peran yang dikasihani karena dianggap tak ada dan tak penting. Coba sekarang dibalik, tanpa peran kecil itu, tanpa peran pendukung itu, tanpa kembang goyang itu, apa mungkin pementasan itu sebaik dan sesukses itu pula. Apa burung-burung kecil berkostum bulu itu akan terlihat cukup cantik tanpa dua tangkai bunga yang "hanya" bergoyang ke kanan dan ke kiri. Peran sekecil apa pun, tentu ada untuk memberi sebuah arti, asalkan kita mau menyadari.

Nanti, kalau Teratai kecil saya pentas dan "hanya" kebagian peran jadi bunga yang bergoyang di tiup angin, dia akan melihat ibunya menjadi orang yang bertepuk tangan paling keras di barisan penonton. Akan saya katakan padanya "Peran kecil bukan berarti peran tanpa arti. Dia memberi nafas dalam pertunjukan, dia melengkapi, dia menyempurnakan. Yang perlu kita lakukan adalah menjalani setiap peran yang diberikan dengan sebaik mungkin. Dan tentu saja dengan cinta. Bukan hanya di panggung pementasan, namun juga di panggung kehidupan".


Bagi saya, Tentu Tuhan tak mungkin lupa menyematkan alasan atas kehadiran kita di dunia, dan sama sekali kita tak punya hak untuk mengecilkan atau membesarkan arti sebuah peran dengan mata yang tentu melihat dengan segala keterbatasan. Catatan ini saya tuliskan agar nanti tak lupa saya sampaikan.

Peluk dan Cium Ibu untuk Teratai yang Masih Disimpan Di Surga,

Jogjakarta 12 Februari 2010

3 comments:

  1. Lucu banget sih san ponakannya...

    ReplyDelete
  2. Mas Paksi: Duuuh, sini sini huhuhuhuu dulu sini :)

    Ningrum: Makasiiiih, tantenya juga lucu kan... hehehe

    ReplyDelete