Wednesday, February 3, 2010

Satu Pintu Akan Terbuka Lagi

Dear my dear,

Ini adalah tentang perjalan panjang sebelum sesuatu yang kita sebut sukses itu kita bisikkan lembut di telinga ibu. Tentang sesuatu yang makna dan definisinya sangat relatif dan tergantung pada isi kepala masing-masing pengharapan. Tentang perjalanan yang tak memberi kita kesempatan untuk menyingkirkan kerikil sebelum mulai melangkah. Sehingga yang bisa kulakukan hanya sekedar menggenggam tangan saat terkadang kesedihan membuat tanganmu gemetar dan langkahmu bergetar, atau mengusap keringatmu saat kegagalan terasa lebih menusuk dibanding terik yang menyengat.

Mimpiku yang mendoakanmu akan selalu berjalan mengiringi, meski bertemu tikungan tajam tak akan mau ia kembali.

Dear my dear,
Ada sedikit cerita. Soichiro Honda. Seorang tokoh dibalik nama besar brand otomotif dunia tidak serta mendadak sukses dan menguasai pasar kendaraan bermotor. Sebelum keberhasilannya yang membuat mata terkesiap seperti sekarang, dulu sosoknya pun sering diliputi kegagalan. Ia bukan seorang profesor, insinyurpun bukan. Ia sempat pula jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Percobaannya bukan percobaan yang seketika turun dari langit dan voila, ber-ha-sil. Pembuatan Ring Pinston, karya yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938 ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Namun kecintaannya pada mesin otomotif lah yang membuatnya terus bermimpi, lalu mewujudkannya. Membuktikan bahwa tak ada yang mustahil sepanjang manusia mau berusaha.

Kecintaanmu pada duniamu, pada sesuatu yang kau letakkan bahkan di atas kecintaanmu padaku, seperti saat sekali waktu kau berseloroh padaku, bagiku adalah hal terbaik yang kau jelajah atas apa yang kamu miliki. Seluruh kemampuan terbaik, seluruh kemauan dan doa yang kau gerakkan, aku yakin suatu saat akan menggugah mimpi. Meski tentu lalu tak akan terwujud begitu saja. Seperti halnya kita tak bisa memilih satu hari akan tentang bahagia saja.

Dear my dear,
Aku bukan ibu peri, yang bisa selalu tersenyum saat melihatmu sedih, walaupun tentu saja aku selalu berusaha sekuat tenaga agar tak nampak sedikitpun kesedihanku yang akan membebanimu. Tapi kau tahu, sosokmu adalah sosok yang terlanjur terlihat kuat, bahkan lebih kuat dari yang bisa kau bayangkan. Otakmu cerdas, jauh lebih tajam dari yang mereka pikirkan. Dan pribadimu, pribadimu lebih hebat dari yang orang lain bayangkan. Hehehe, jangan marah padaku jika aku berpikir begitu. Aku selalu percaya itu.

Bila di hadap ibu peri kau baru berani menangis, maka anggap lah saja aku perempuan bersayap itu. Yang akan menghapus air matamu tanpa tertinggal sedikitpun jejak seketika kau harus kembali menghadapi dunia. Kujelaskan lagi padamu, menangis itu bukan dosa. Apa bedanya air mata dengan tawa, bila sama-sama terhasil dari sebuah bentuk luapan emosi yang sejujurnya. Akan sama melegakannya. Sungguh.


"Jika satu pintu kebahagiaan tertutup, percayalah bahwa Tuhan akan membukakan pintu kebahagiaan yang lain. Namun sering kali, kita terlalu lama meratapi pintu yang terlanjur tertutup, hingga terlupa bahwa pintu lain sudah terbuka". Bersyukurnya, aku tahu kau tak akan begitu.

Dear my dear,
kamu memang kebanggaanku yang selalu tersenyum. Sembunyikan sedihmu padaku, sini. Sedihmu aman denganku.

Jogjakarta, 5 Januari 2009

No comments:

Post a Comment